Siapa
yang tidak mengenal kemegahan Candi Borobudur? Semua penduduk Indonesia
pernah ke candi yang berdiri sekitar tahun 800 Masehi ini. Minimal
mereka pernah tahu dari informasi di bangku sekolah atau media massa.
Candi yang terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah,
selama ini dikenal sebagai candi Budha yang didirikan oleh Raja
Samaratungga dari wangsa Sayilendra sekitar tahun Sangkala rasa sagara
kstidhara atau tahun Caka 746 (824 Masehi) dan baru dapat diselesaikan
oleh puterinya yang bernama Dyah Ayu Pramodhawardhani pada sekitar tahun
847 Masehi.
Namun belakangan ada versi lain yang berkembang.
Candi Borobudur disebut-sebut masih ada kaitannya dengan sejarah Nabi
Sulaeman. Nah loh? Adalah seorang ilmuwan matematika KH. Fahmi Basya
bersama Team SSQ-DLA menyimpulkan hasil risetnya. Benarkah Borobudur
peninggalan Nabi Sulaeman? Dalam bukunya KH Fahmi Basyra, Matematika
Islam 3 (Republika, 2009), KH Fahmi Basya menyebutkan beberapa ciri-ciri
Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan putra Nabi Daud
tersebut. Di antaranya, hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama
Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya istana Ratu Saba ke
wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh
para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, dan lainnya.
Menurut
Fahmi Basya, dan seperti yang penulis lihat melalui relief-relief yang
ada, memang terdapat beberapa simbol, yang mengesankan dan identik
dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana keterangan Alquran.
Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi
warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Pada relief yang terdapat di
Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang.
Kedua, pekerjaan jin yang tidak selesai ketika mengetahui Sulaiman telah
wafat. (QS Saba [34]: 14). Saat mengetahui Sulaiman wafat, para jin pun
menghentikan pekerjaannya. Di Borobudur, terdapat patung yang belum
tuntas diselesaikan. Patung itu disebut dengan Unfinished Solomon.
Ketiga, para jin diperintahkan membangun gedung yang tinggi dan membuat
patung-patung. (QS Saba [34]: 13). Seperti diketahui, banyak patung
Buddha yang ada di Borobudur. Sedangkan gedung atau bangunan yang tinggi
itu adalah Candi Prambanan.
Keempat, Sulaiman berbicara dengan
burung-burung dan hewan-hewan. (QS An-Naml [27]: 20-22). Reliefnya juga
ada. Bahkan, sejumlah frame relief Borobudur bermotifkan bunga dan
burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti gajah, kuda,
babi, anjing, monyet, dan lainnya.
Kelima, kisah Ratu Saba dan
rakyatnya yang menyembah matahari dan bersujud kepada sesama manusia.
(QS An-Naml [27]: 22). Menurut Fahmi Basya, Saba artinya berkumpul atau
tempat berkumpul. Ungkapan burung Hud-hud tentang Saba, karena burung
tidak mengetahui nama daerah itu. "Jangankan burung, manusia saja ketika
berada di atas pesawat, tidak akan tahu nama sebuah kota atau negeri,"
katanya menjelaskan. Ditambahkannya, tempat berkumpulnya manusia itu
adalah di Candi Ratu Boko yang terletak sekitar 36 kilometer dari
Borobudur. Jarak ini juga memungkinkan burung menempuh perjalanan dalam
sekali terbang.
Keenam, Saba ada di Indonesia, yakni Wonosobo.
Dalam Alquran, wilayah Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak. (QS Saba
[34]: 15). Dalam kamus bahasa Jawi Kuno, yang disusun oleh Dr Maharsi,
kata 'Wana' bermakna hutan. Jadi, menurut Fahmi, wana saba atau Wonosobo
adalah hutan Saba.
Ketujuh, buah 'maja' yang pahit. Ketika
banjir besar (Sail al-Arim) menimpa wilayah Saba, pepohonan yang ada di
sekitarnya menjadi pahit sebagai azab Allah kepada orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat-Nya. "Tetapi, mereka berpaling maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar[1236] dan Kami ganti kedua
kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah
pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr." (QS Saba [34]: 16).
Kedelapan, nama Sulaiman menunjukkan sebagai nama orang Jawa. Awalan
kata 'su'merupakan nama-nama Jawa. Dan, Sulaiman adalah satu-satunya
nabi dan rasul yang 25 orang, yang namanya berawalan 'Su'. Kesembilan,
Sulaiman berkirim surat kepada Ratu Saba melalui burung Hud-hud.
"Pergilah kamu dengan membawa suratku ini." (QS An-Naml [27]: 28).
Menurut Fahmi, surat itu ditulis di atas pelat emas sebagai bentuk
kekayaan Nabi Sulaiman. Ditambahkannya, surat itu ditemukan di sebuah
kolam di Candi Ratu Boko.
Kesepuluh, bangunan yang tinggal
sedikit (Sidrin qalil). Lihat surah Saba [34] 16). Bangunan yang tinggal
sedikit itu adalah wilayah Candi Ratu Boko. Dan di sana terdapat
sejumlah stupa yang tinggal sedikit. "Ini membuktikan bahwa Istana Ratu
Boko adalah istana Ratu Saba yang dipindahkan atas perintah Sulaiman,"
kata Fahmi menegaskan.
Selain bukti-bukti di atas, kata Fahmi,
masih banyak lagi bukti lainnya yang menunjukkan bahwa kisah Ratu Saba
dan Sulaiman terjadi di Indonesia. Seperti terjadinya angin Muson yang
bertiup dari Asia dan Australia (QS Saba [34]: 12), kisah istana yang
hilang atau dipindahkan, dialog Ratu Bilqis dengan para pembesarnya
ketika menerima surat Sulaiman (QS An-Naml [27]: 32), nama Kabupaten
Sleman, Kecamatan Salaman, Desa Salam, dan lainnya. Dengan bukti-bukti
di atas, Fahmi Basya meyakini bahwa Borobudur merupakan peninggalan
Sulaiman. Benarkah bukti itu? Hanya Allah yang mengetahuinya. Wallahu
A'lam. (dirangkum dari berbagai sumber)